A. PROTA
(PROGRAM TAHUNAN)
Program tahunan
merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang
dikembangkan oleh guru (Mulyasa, 2003:183). Dipertegas Muslich (2007:44)
program tahunan adalah rencana umum pembelajaran mata pelajaran setelah
diketahui kepastian jumlah jam pelajara efektif dalam satu tahun.
Program tahunan
perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran, karena
merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yakni program
semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Sumber-sumber yang dapat dijadikan
bahan pengembangan program tahunan antara lain:
1. Daftar standar kompetensi sebagai konsensus nasional
2.Skope dan sekuensi
setiap kompetensi.Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi
pembelajaran. Materi pembelajaran tersebut disusun dalam pokok-pokok bahasan
dan sub pokok bahasan, yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi
dan tujuan pembelajaran. Pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan tersebut
harus jelas skope dan sekeuensinya. Skope adalah ruang lingkup dan
batasan-batasan keluasan setiap pokok dan sub pokok bahasan, sedangkan sekuensi
adalah urutan logis dari setiap pokok dan sub pokok bahasan. Pengembangan skope
dan sekuensi ini bisa dilakukan oleh guru, dan bisa dikembangkan dalam kelompok
kerja guru (KKG). Sebagai pedoman berikut dikemukakan pendapat Sukmadinata
(1988) tentang cara menyusun sekuensi bahan ajar:
1) Sekuens kronologis. Untuk
menyususn bahan ajar yang mengandung urutan waktu, dapat digunnakan kronologis.
Peristiwa-peristiwa sejarah, perkembangan historis suatu instusi,
penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan sekuens
kronologis.
2) Sekuens
kausal. Sekuens kausal berhubungan dengan kronologis. Peserta
didik dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau
pendahulu daripada sesuatu peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau
pendahulu para peserta didik akan menemukan akibatnya Menurut Rowntree (dalam
Mulyasa, 2003: 96) sekuens kausal cocok untuk menyusun bahan ajar ddalam bidang
meteorologi dan geomorfologi.
3) Sekuens
struktural. Bagian-bagian bahan ajar sesuatu bidang studi telah
mempunyai strukturnya. Dalam fisika tidak mungkin mengajarkan alat-alat optik,
tanpa terlebih dahulu diajarkan pemantulan dan pembiasan cahaya. Masalah
cahaya, pemantulan-pembiasan, dan alat-alat optik tersusun secara struktural.
4) Sekuens
logis dan psikologis. Bahan ajar juga dapat disusun berdasarkan
urutan logis. Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian kepada
keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens
psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks kepada
sederhana. Menurut sekuens logis bahan ajar disusuun dari yang nyata kepada yang
abstrak, dari benda-benda kepada teori, dari fungsi kepada struktur, dari
masalah bagaimana kepada masalah mengapa.
5) Sekuens spiral. Dikembangkan
oleh Bruner (1960). Bahan ajaran dipusatkan pada topik atau pokok bahasan tertentu. Dari yopik
atau pokok bahasan tersebut bahan diperluas dan diperdalam. Topik atau pokok
bahan ajaran tersebut adalah sesuatu yang populer dan sederhana, tetapi
kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks dan
sophisticated.
6)
Rangkaian ke belakang (backward
chaining).Dikembangkan oleh Thomas Gilbert (1962). Dalam sekuens ini
mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur ke belakang. Contoh
pemecahan masalah yang bersifat ilmiah meliputi: (a) pembatasan masalah, (b)
penyusun hipotesis, (c) pengumpulan data, (d) pengetesan hipotesis, dan (e)
intreprestasi hasil tes. Dalam mengajar mulai dengan langkah (e), kemudian guru
menyajikan data tentang sesuatu masalah dari langkah (a) sampai (d), dan
peserta didik diminta untuk membuat intreprestasi hasilnya (e). pada kesempatan
lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c), dan
peserta didik diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesis (d), dan
seterusnya.
7) Sekuens
berdasarkan hierakhi belajar. Model ini dikembangkan Gagne (1965)
dengan prosedur tujuan khusus utama dianalisis, dan dicari suatu hierakhi
urutan bahan ajaran untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Hierakhi tersebut
menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai peserta didik,
berturut-turut sampai pokok-pokok bahasan tertentu hierakhi juga dapat
mengikuti hierakhi tipe-tipe belajar dari Gagne. Gagne (1970) mengemukakan
delapan tipe belajar yang tersusun secara hierakhis mulai dari yang paling
sederhana: ”signial learning, stimulus respos learning, motor-chain
leraning, verbal association, multiple discrimination, concept learning,
principle learning, dan problem solving learning ”.
3.Kalender
pendidikan. Penyusun kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu
pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak peserta didik. Dalam kalender
pembelajaran, termasuk waktu libur, dan lain-lain. Dengan demikian, dalam
menyusun program tahunan perlu memperhatikan kalender pendidikan. Hari belajar
efektif dalam satu tahun pelajaran dilaksanakan dengan menggunakan sistem
semester (satu tahun pelajaran terdiri atas dua kelompok penyelenggara
pendidikan) yang terdiri atas 34-38 minggu.
Berdasarkan sumber-sumber tersebut,
dapat ditetapkan dan dikembangkan jumlah kompetensi, pokok bahasan dan waktu
yang tersedia untuk menyelesaikan pokok dan sub pokok bahasan, jumlah ulangan,
baik ulangan umum maupun ulangan harian, dan jumlah waktu cadangan.
Dalam menyusun
Prota, komponen yang harus ada sebagai berikut:
- Identitas (mata pelajaran, kelas, tahun pelajaran)
- Format isian (semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, matei pokok, dan alokasi waktu).
Contoh Format Prota
B. Promes (program semester)
Program semester merupakan
pemerian/penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut tidak
bisa disusun sebelum tersusun program tahunan.
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang
hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Pada umumnya
program semester ini berisikan:
a. Identitas (satuan pendidikan,
mata pelajaran, kelas/semester, tahun pelajaran)
b. Format isian (standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
jumlah jam pertemuan (JJP), dan bulan).
|
C. KALENDER PENDIDIKAN
Kalender
pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta
didik selama satu tahun pelajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan
tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari
libur.
|
Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam
menyusun kalender pendidikan adalah sebagai berikut :
Ø
Permulaan
tahun pelajaran
Ø
Minggu
efektif
Ø
Waktu
pembelajaran efektif
Ø
Waktu
libur
Ø
Libur
tengah semester
Ø
Hari
libur umum
Ø
Hari
Libur khusus
Contoh KALENDER PENDIDIKAN
Kalender pendidikan tahun 2012-2013
|
|
Jumlah Hari
|
|
|
Bulan
|
Hari Kalender
|
Hari Libur
|
Hari Efektif
|
HE Semester
|
Juli
|
21
|
3
|
18
|
|
Agustus
|
31
|
9
|
22
|
|
September
|
30
|
17
|
13
|
|
Oktober
|
32
|
5
|
26
|
124
|
November
|
30
|
5
|
25
|
|
Desember
|
31
|
11
|
20
|
|
Januari
|
31
|
12
|
19
|
|
Februari
|
28
|
6
|
22
|
|
Maret
|
31
|
5
|
26
|
|
April
|
30
|
5
|
25
|
|
Mei
|
31
|
6
|
25
|
|
Juni
|
30
|
6
|
24
|
|
Juli
|
17
|
15
|
2
|
|
Jumlah Hari
|
372
|
102
|
265
|
267
|
KKO (KATA KERJA OPERASIONAL)
Taksonomi bloom
Kata Kerja Operasionaluntuk pengembangan Indikator Silabus dan RPP berdasarkan taksonomi Bloom dibagi dalam beberapa pencapaian kompetensi dasar, KD yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi.
Tujuan pendidikan
dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
- Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
- Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
- Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
- Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam Kompetensi Dasar;
- Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
- Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Daftar kata kerja operasional dengan tiga ranah yang biasa dipergunakan
untuk menyusun indikator.
A. Ranah Kognitif
Indikator kognitif proses merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional (terlampir) aspek kognitif. Obyek dari indicator adalah produk IPA misalnya konsep, hukum, kaidah dll.
Indikator kognitif proses merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional (terlampir) aspek kognitif. Obyek dari indicator adalah produk IPA misalnya konsep, hukum, kaidah dll.
- Pengetahuan (C1) : Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan, Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan, Menamai, Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru, Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri, Menulis
- Pemahaman (C2) : Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan, Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan
- Penerapan (C3) : Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun , Membiasakan, Mencegah, Menentukan, Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali, Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan, Mempersoalkan, Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses, Mengaitkan, Menyusun, Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan
- Analisis (C4) : Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Menominasikan, Mendiagramkan, Megkorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer
- Sintesis (C5) : Â Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi, Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan, Membatas, Mereparasi, Menampilkan, Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi
- Penerapan (C6) : Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum, Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan
B. Ranah Afektif
Indikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, indicator afektif berkaitan dengan salah satu hakekat IPA yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indicator afektif disusun dengan menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab dll. Selain itu, indicator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan social misalnya: bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi dll.
Indikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, indicator afektif berkaitan dengan salah satu hakekat IPA yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indicator afektif disusun dengan menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab dll. Selain itu, indicator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan social misalnya: bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi dll.
- Menerima : Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi, Menganut, Mematuhi, Meminati
- Menanggapi : Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengompromika, Menyenangi, Menyambut, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan, Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah, Menolak
- Menilai : Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan, Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani, Mengundang, Menggabungkan, Mengusulkan, Menekankan, Menyumbang
- Mengelola : Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan, Mengombinasikan, Mempertahankan, Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan, Mengelola, Menegosiasi, Merembuk
- Menghayati : Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi, Mendengarkan, Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan, Membuktikan, Memecahkan
C. Ranah Psikomotor
Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selama proses pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan, penemuan atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik, misalnya merangkai, mengukur, membuat, dll.
Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selama proses pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan, penemuan atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik, misalnya merangkai, mengukur, membuat, dll.
- Menirukan (P1): Mengaktifkan, Menyesuaikan, Menggabungkan, Melamar, Mengatur, Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil, Membangun, Mengubah, Membersihkan, Memposisikan, Mengonstruksi
- Memanipulasi (P2): Mengoreksi, Mendemonstrasikan, Merancang, Memilah, Melatih, Memperbaiki, Mengidentifikasikan, Mengisi, Menempatkan, Membuat, Memanipulasi, Mereparasi, Mencampur
- Pengalamiahan (P3): Mengalihkan, Menggantikan, Memutar, Mengirim, Memindahkan, Mendorong, Menarik, Memproduksi, Mencampur, Mengoperasikan, Mengemas, Membungkus
- Artikulasi (P4): Mengalihkan, Mempertajam, Membentuk, Memadankan, Menggunakan, Memulai, Menyetir, Menjeniskan, Menempel, Menseketsa, Melonggarkan, Menimbang
Assesmen
kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan
ketrampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa dalam
proses dan produk.
Assesmen kinerja pada prinsipnya lebih
ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan.assesmen ini digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan,
atau unjuk kerja. Proses, kegiatan atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan
terhadap siswa ketika melakukannya. Dalam mengakses kinerja siswa, guru dapat
mengatur apakah secara keseluruhan siswa dalam satu kelas, secara berkelompok
atau secara individu.
Dalam
mengembangkan assesmen kinerja ada tiga fase yang harus diperhatikan yaitu :
1. mendefinisikan kinerja
2. mendesain latihan-latihan kinerja
3. melakukan penskoran dan perekaman hasil.
ASSESMEN
Portofolio
Assesmen portofolio dalah assesmen otentik yang
menggambarkan kemajuan belajar siswa dengan bukti-bukti yang diseleksi bersama oleh
siswa dan guru. Bukti-bukti yang dikumpulkan dalam portofolio merupakan hasil
seleksi bersama antara siswa dan guru yang dianggap karya terbaik dan berarti
bagi siswa.
Portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan
mendokumentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu, mengetahui
bagian-bagian yang perlu diperbaiki, membangkitkan kepercayaan diri dan
motivasi untuk belajar, dan mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
Penerapan portofolio memberikan keuntungan yaitu
kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas, menekankan pada hasil
pekerjaan terbaik siswa dapat serta memberikan pengaruh positif dalam belajar,
membandingkan pekerjaan yang sekarang dengan yang lalu, memberikan motivasi
yang lebih besar daripada membandingkan dengan pekerjaan orang lain, siswa
dilatih untuk menentukan pilihan karya terbaik, memberikan kesempatan kepada
siswa bekerja sesuai dengan perbedaan
individu, dan dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar
siswa kepada siswa itu sendiri, orangtua dan pihak lain yang terkait.